KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN AGAMA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas invidu
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Kiswan., S.Ag., M.Pd.
Disusun Oleh:
Siti
Anisah
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta Karunia-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia 1 dengan judul “Karakteristik Perkembangan Agama”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak menerima bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu kami terutama
kepada yang terhormat Bapak Kiswan, S.Ag., M.Pd. sebagai Dosen Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang telah memberikan bimbingannya, dan kepada teman-teman yang
telah rela dan tulus membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukannya.
Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangannya, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritikannya yang bersifat membangun agar dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan perbaikan bagi kami pada pembuatan makalah berikutnya.
Ciamis, Mei 2013
Penyusu
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perkembangan agama pada masa
anak-anak................................. 3
B.
Sifat agama pada anak................................................................... 4
C.
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan agama........................ 8
D.
Upaya optimalisasi perkembangan
agama..................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
masalah
Terlepas
dari dualisme pendapat mengenai keberadaan kejiwaan anak yang baru dilahirkan,
apakah sebagai makhluk religius atau bukan, kenyataan teks-teks dan pengalaman
keagamaan yang dilalui manusia menunjukan bahwa anak yang baru dilahirkan pun
telah membawa fitrah keagamaan , meskipun fungsinya baru tampak setelah berada
pada tahap kematangan dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan.
(Bambang syamsul Arifin, 2008 : 48)
Menurut
Zakiah (1970 : 35), pada umumnya agama
seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang
dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Lingkungan keluarga, Sekolah dan Lingkungan
masyarakat sangat berpengaruh terhadap
perkembangan agama anak.
Dalam
makalah ini, saya akan membahas bagaimana perkembangan agama pada anak,
sifat-sifatnya , faktor –faktor yang mempengaruhinya serta upaya untuk
mengoptimalisasikannya. Kalau anak dibiarkan tanpa didikan agama, dan hidup
dalam lingkungan yang tidak beragama maka anak itu akan dewasa tanpa agama.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan agama pada
masa anak-anak?
2. Apa saja sifat agama pada anak?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi
perkembangan agama pada anak?
4. Bagaimana upaya optimalisasi
perkembangan agama pada anak?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan agama
pada masa anak-anak
2. Untuk mengetahui sifat agama pada
anak
3. Untuk mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi perkembangan agama pada anak
4. Untuk mengetahui upaya apa saja yang
bisa mengoptimalakan perkembangan agama pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan agama pada masa anak-anak
Perkembangan agama pada masa anak, terjadi
melalui pengalaman hidupnya sejask kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam
lingkungan masyarakat. Semakin banyak
pengalaman yang bersifat agama, akan semakin banyak unsur agama, maka sikapn,
tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Menurut Zakiah (1970 : 58), Perkembangan agama pada anak-anak
sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang didapatkannya, terutama
pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (0 – 12 tahun). Seorang anak yang pada
masa itu tidak mendapatkan pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman
keagamaan, maka ia nanti akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.
Seyogyanya agama
masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya, yaitu
sejak lahir, bahkan lebih dari itu, sejak dalam kandungan. Karena dalam pengamatan
para ahli psikologi terhadap orang-orang yang mengalami kesukaran kejiwaan.
Tampak bahwa keadaan dan sikap orang tua ketika si anak dalam kandungan telah
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa anak dikemudian hari.
Si anak mulai mengenal tuhan melaui orang tua dan lingkungan
keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orangtua, sangat
mempengarahi perkembangan agama pada anak. Si anak menerima saja apa yang
dikatakan oleh oleh orang tua kepadanya. Dia belum mempunyai kemampuan untuk
memikirkan kata itu. Bagi si anak orang tuanya adalh benar, berkuasa, pandai
dan menentukan. Oleh karena itu pertumbuhan agama pada anak tidak sama antara
satu dengan yang lain, karena tergantung kepada orang tuanya sendiri.
Di dalam buku
Jalaludin (1996: 66), Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama
pada anak- anak itu melalui beberapa fase. Dalam bukunya Development Of
Religious On Children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak itu
melalui 3 tingkatan yaitu:
1. The Fairy
Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkat ini dimulai pada anak berusia 3- 6 tahun, konsep
Tuhan lebih dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, hingga dalam menanggapi masalah
agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng
yang kurang masuk akal.
2. The
Realistic Stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga
sampai usia adolesense. Ide keTuhanan anak sudah mencerminkan konsep
yang berdasarkan kepada kenyataan. Keagamaan di dasarkan atas dorongan
emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep keTuhanan yang formalis.
3. The
Individual Stage (Tingkat Individu)
Anak sudah mempunyai kepekaan emosi yang tinggi, sejalan
dengan perkembangan mereka . konsep keagamaan individualistis ini terbagi atas
3 golongan, yaitu:
·
Konsep keTuhanan yang konvensional & konservatif dengan
dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh luar.
·
Konsep keTuhanan yang lebih murni dinyatakan dalam pandangan
yang bersifat personal.
·
Konsep keTuhanan yang bersifat humanistik. Agama menjadi
etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini
dipengaruhi faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa
pengaruh luar yang di alaminya.
B.
Sifat agama pada anak
Dalam buku
Djalaludin dan Ramayulis ( 1993: 35 ), bahwa memahami konsep keagamaan pada
anak berarti memahami sifat agma pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka
miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola “ideas concept on
authority”, Idea keagamaan pada anak hampir sepenuhnya authoritarius, maksudnya
konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka.
Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat,
mempelajari hal-hal yang berada diluar diri mereka. Mereka telah melihat
apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang
tentang sesuatu hingga kemaslahatan agama. Orang tua mempunyai pengaruh
terhadap anak sesuai dengan prinsif eksplorasi yang mereka miliki. Dengan
demikin ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik
mereka yang mereka pelajari dari para orang tua dan guru mereka. Bagi mereka
sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun ajaran itu belum
mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka
bentuk dan sifat agam pada anak dapat dibagi atas :
1) Unreflective ( kurang mendalam)
Dalam penelitian Machion tentang jumlah
konsep ke Tuhanan pada diri anak 73 % mereka menganggap Tuhan itu bersifat seperti
manusia. Dalam suatu sekolah bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa Santa Klaus
memotong jenggotnya untuk membuat bantal. Dengan demikian anggapan mereka
terhadap ajara agama dapat saja mereka terima dengan tanpa kritik. Kebenaran
yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan
mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk
akal. Meskipun demikian pada beberapa orang anak terdapat mereka yang memiliki
ketajaman pikiran untuk menimbang pendapat yang mereka terima dari
orang lain.
Penelitian Praff mengemukakan dua
contoh tentang hal itu :
a) Suatu peristiwa seorang anak mendapat
keterangan dari ayahnya bahwa Tuhan selalu mengabulkan permintaan
hamba-Nya. Kebetulan seorang anak lalu di depan sebuah toko mainan. Sang anak
tertarik pada sebuah topi berbentuk kerucut. Sekembalinya ke rumah ia langsung
berdoa kepada Tuhan untuk apa yang diingininya itu. Karena hal itu diketahui
oleh ibunya, maka itu ditegur. Ibunya berkata bahwa dalam berdoa tak boleh seseorang
memaksakan Tuhan untuk mengabulkan barang yang diinginkannya itu. Mendengar hal
tersebut anak tadi langsung mengemukakan pertanyaan : “ Mengapa “?
b) Seorang anak perempuan diberitahukan tentang doa yang
dapat menggerakan sebuah gunung. Berdasarkan pengetahuan tersebut maka pada
suatu kesempatan anak itu berdoa selama beberapa jam agar Tuhan memindahkan
gunung-gunung yang ada di daerah Washington ke laut. Karena keinginannya itu
tidak terwujud maka semenjak itu ia tak mau berdoa lagi.
Dua contoh diaatas
menunjukkan bahwa anak itu sudah menunjukkan pemikiran yang kritis, walaupun
bersifat sederhana, menurut penelitian pikiran kritis baru timbul pada usia 12
tahun sejalan dengan pertumbuhan moral. Di usia tersebut, bahkan anak kurang
cerdas pun menunjukkan pemikiran yang korektif. Di sini menunjukkan
bahwa anak meragukan kebenaran ajaran agama pada aspek-aspek yang bersifat
kongkret.
2) Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri
sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan
pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai subur pada
diri anak, maka tumbuh keraguan pada rasa egonya. Semakin bertumbuh semakin
meningkat pula egoisnya. Sehubungan dengan hal itu maka dalam masalah keagamaan
anak telah menonjolkan kepentingan dirinya dan telah menuntut konsep keagamaan
yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya. Seorang anak yang kurang
mendapat kasih sayang dan selalu mengalami tekanan akan bersifat
kekanak-kanakan (childish) dan memiliki sifat ego yang rendah. Hal yang
demikian menganggu pertumbuhan keagamaannya.
3) Anthromorphis
Pada umumnya konsep mengenai ke Tuhanan
pada anak berasal dari hasil pengalamannya ke kala ia berhubungan dengan orang
lain. Tapi suatu kenyataan bahwa konsep ke Tuhanan mereka tampak jelas
menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan.
Melalui konsep yang berbentuk dalam
pikiran mereka menganggap bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia.
Pekerjaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat di saat orang
itu berada dalam tempat yang gelap.
Surge terletak di langit dan untuk
tempat orang yang baik. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala
perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagai layaknya orang mengintai.
Pada anak yang berusia 6 tahun menurut penelitian Praff, pandangan anak tentang
Tuhan adalah sebagai berikut :
Tuhan mempunyai wajah
seperti manusia, telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak makan tetapi hanya
minum embun.
Konsep ke
Tuhanan yang demikian itu mereka bentuk sendiri berdasarkan fantasi masing-masing.
4) Verbalis dan Ritualis
Dari kenyataan yang kita alami ternyata
kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal
(ucapan). Mereka menghapal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain
itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut
tuntutan yang diajarkan kepada mereka. Sepintas lalu hal tersebut kurang ada
hubungannya dengan perkembangan agama pada anak di masa selanjutnya tetapi
menurut penyelidikan hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama
anak itu di usia dewasanya. Bukti menunjukkan bahwa banyak orang dewasa yang
taat karena pengaruh ajaran dan praktek keagamaan yang dilaksanakan pada masa
anak-anak mereka. Sebaliknya belajar agama di usia dewasa banyak mengalami
kesuburan. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang
bersifat ritualis (praktek) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu
cirri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak.
5) Imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita
saksikan bahwa tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya
diperoleh dari meniru. Berdoa dan sholat misalnya mereka laksanakan karena
hasil melihat perbuatan di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun
pengajaran yang intensif. Pada ahli jiwa menganggap, bahwa dalam segala hal
anak merupakan peniru yang ulung. Sifat peniru ini merupakan modal yang positif
dalam pendidikan keagamaan pada anak.
Menurut penelitian Gillesphy dan Young
terhadap sejumlah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi menunjukkan, bahwa
anak yang tidak mendapat pendidikan agama dalam keluarga tidak akan dapat
diharapkan menjadi pemilik kematangan agama yang kekal.
Walaupun anak mendapat ajaran agama
tidak semata-mata berdasarkan yang mereka memperoleh sejak kecil namun pendidikan
keagamaan (religious paedagogis) sangat mempengaruhi terwujudnya tingkah laku
keagamaan (religious behavior) melalui sifat meniru itu.
6) Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda
dan sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Berbeda dengan rasa kagum yang ada
pada orang dewasa, maka rasa kagum pada anak ini belum bersifat kritis dan
kreatif. Mereka hanya kagum terhadap lahiriah nya saja. Hal ini merupakan
langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan dorongan untuk mengenai (
new experience). Rasa kagum mereka dapat disalurkan melaui cerita-cerita yang
menimbulkan rasa takjub.
C. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
Menurut Soetjiningsih (1995), faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
v Faktor
dalam (internal)
·
Genetik
Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya
bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan.
Faktor genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang,
gizi, alat seksual, dan saraf.
·
Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat
janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan
kelenjar pituitary dan tiroid mulai bekerja. Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary.
v Faktor
lingkungan (eksternal)
Faktor yang berasal dari lingkungan
dapat dikelompokkan menjadi faktor pranatal (selama kehamilan), dan faktor post
natal.
Faktor Pranatal (Selama Kehamilan),
meliputi :
a. Gizi
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati. Disamping itu dapat pula
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi
baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.
b. Toksin, zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat
peka terhadap obat-obatan kimia karena dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu
hamil yang perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat.
c. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan
kedua kehamilan oleh TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, herpes
Simplex), PMS (Penyakit Menular Seksual), dan penyakit virus lainnya dapat
mengakibatkan kelainan pada janin.
d. Kelainan imunologi
Kelainan imunologi akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus,
selain itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi gangguan
dalam plasenta yangdapat menyebabkan bayi berat lahir rendah.
e. Psikologi ibu
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karenajanin
dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang mengalami
gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan kondisi kandungannya dan
akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak sehat.
Faktor postnatal, meliputi:
a. Pengetahuan ibu
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu yang mempunyai
pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan stimulasi pada perkembangan
anaknya sehingga perkembangan anak akan terhambat, sedangkan ibu yang mempunyai
pengetahuan baik maka akan memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya.
b. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam proses
tumbuh kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat kebutuhan
zat gizi yang diperlukan seorang anak, seperti :protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang kebutuhan zat gizinya kurang atau
tidak terpenuhi, maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini
adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat.
d. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada anak dengan
status sosial ekonomi tinggi, pemenuhan kebutuhan gizinya sangat baik
dibandingkan dengan anak yang status ekonominya rendah.
e. Lingkungan fisik
Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kurangnya sinar matahari, mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.kebersihan lingkungan maupun kebersihan perorangan memegang peranan
penting dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan populasi udara baik yang
berasal dari pabrik, asap rokok atau asap kendaraan dapat menyebabkan timbulny
penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh kembanganya akan terganggu.
f. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan,
interaksi ibu dan anak sangat penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Interaksi timbal balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban antara ibu
dan anak. Anak akan terbuka kepada ibunya, sehingga komunikasi dapat dua arah
dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan
kepercayaan antara keduannya.
g. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan
atau stimulasi, misalnya : penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibudan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu
terhadap perilaku anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarahdan teratur akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat
stimulasi.
h. Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat
memacu perkembangan anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga
suplay oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur. Selain itu, latihan juga
meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.
D. Upaya
optimalisasi perkemabangan anak
Pembentukan sikap, pembinaan moral
dan pribadi anak pada umumnya terjadi melalui penalaman sejak kecil. Pendidik
atau Pembina pertama adalah orang tua kemudiaan guru. Semua pengalaman yang
dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam
pribadinya. Sikap si anak terhadap agama, dibentuk pertama kali dirumah melalui
pengalaman yang didapatnya dengan orang tuanya, kemudian disempurnakan dan
diperbaiki oleh guru disekolah.
Hubungan orang tua sesama
mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan
jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih saying, akan membawa
kepada pembawaan pribadi yang tenang , terbuka dan mudah di didik, karena ia
mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang.
Lain halnya dengan di sekolah,
pembinaan terhadap pribadi anak menjadi tanggung jawab penuh seorang guru,
khususnya guru agama. Tentu saja hal ini tidak mudah, kecuali kalau guru agama
itu mempunyai bekal yang cukup. Menurut Zakiah (1970: 68), ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleg guru agama adalah sebagai berikut:
a. Guru agama adalah Pembina pribadi,
sikap dan pandangan hidup anak. Karena itu, setiap guru agama harus berusaha
membekali dirinya dengan segala persyaratan sebagai guru pendidik dan Pembina
hari depan anak.
b. Guru agama harus memahami
betul-betul perkembangan jiwa anak, agar dapat mendidik anak dengan cara yang
cocok dan sesuai umur anak.
c. Pendidikan agama pada umur SD ,
harus lebih banyak percontohan dan pembiasaan.
d. Guru harus memahami latar belakang
anak yang menimbulkan sikap tertentu pada anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan agama pada
masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejask kecil, dalam keluarga,
disekolah dan dalam lingkungan masyarakat.
Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, akan semakin banyak unsur
agama, maka sikapn, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai
dengan ajaran agama. Oleh Karena itu peran orang tua dirumah dan orang tua
disekolah sangatlah penting. Perkembangan agama pada anak, sifat dan
faktor-faktornya, pembiasaan dan pembinaan pendidikan pada masa anak, dan
hal-hal lain yang bersangkutan dengan perkembangan anak yang benar-benar harus
diketahui dan diingat oleh orang tua dan guru.
B. Kritik dan
saran
Dari
uraian pembahasan diatas penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat terutama bagi calon pendidik. Mungkin makalah ini masih belum begitu
sempurna jadi penyusun mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca sehingga
makalah ini dapat lebih sempurna lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT
Bulan Bintang
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Arifin,
Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama.
Bandung : CV Pustaka Setia
Djalaluddin
dan Ramayulis. 1993. Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta : Kalam Mulia