Dibalik
Derita
Sore itu
aku berdiri di pelataran rumah, langit yang berwarna merah jingga dan matahari
yang sedikt terlihat bentuk aslinya menambah indah sore itu, subhanallah
alangkah indahnya ciptaanmu tuhan. Ada baiknya sambil menunggu adzan magrib aku
berjalan-jalan dulu menikmati suasana senja. Alhamdulilah sampai saat ini allah
masih memberikan nikmat kepadaku untuk hidup di bulan ramadhan ini, bulan yang
penuh dengan keberkahan dan ampunan.
Tak berapa
lama aku melangkah, di ujung jalan itu aku melihat seorang anak kecil bertubuh
sedang, berkulit sawo matang , mungkin kalau diamati umur anak itu hampir sama dengan
adiku 10 tahunan. Dia sedang mengaduk-ngaduk isi tong sampah, Apa yang sedang
ia cari? Hatiku bertanya-tanya, apa mungkin anak itu seorang pengemis? Kalau
dilihat dari penampilannya memang sedikit kucel,pakainannya compang camping sambil membawa kantong plastik besar. Ya,mungkin
saja dia pengemis atau pemulung. Ya allah masih adakah saudaraku yang seperti
ini, mengapa aku tidak sedari dulu menyadarinya. Aku yang bisa dibilang
berkecukupan masih bisa makan enak kadang masih suka mengeluh. Sedangkan ini, untuk
sesuap nasi saja sulit, harus mengais sisa-sisa makanan orang lain. Ya allah
maafkan diriku yang tak bersyukur ini.Akupun berniat menghampirinya
tapilangkahku terhenti ketika seorang anak kecil entah mungkin adiknya datang
dengan panik dan berbicara pada dia. Entah apa yang mereka bicarakan tidak lama
kemudian mereka berdua pergi sambil belari.Sebenarnya aku ingin menyusul anak
itu, mencari tahu keadaan mereka, tapi adazan pun berkumandang ,tak bisa
ditawar lagi panggilan kepada orang-orang beriman, akupun mengurungkan niatku
dan kembali kerumah untuk menunaikan ibadah salat.
Sepulang
tarawih aku kembali ke kamar,rasanya tak ingin diri ini melangkahkan kaki ke
luar kamar. Udara diluar sangat dingin sekali sampai menusuk-nusuk.Enaknya diam
dikamar ditemani secangkir teh hangat dan sebuah note book bermerk acer. Lalu
Kubuka acer kesayanganku,dengan berhati-hati ku klik icon internet explorer.
Aku mau cerita sama teman-teman tentang kejadian tadi sore, aku berniat untuk
melakukan aksi bersama teman-teman membantu anak tadi, ya walaupun belum
sepenuhnya benar. Wih, Pas banget nih teman-temanku banyak yang lagi online, ku
inbox mereka dan kuceritakan semua yang kulihat tadi.Alhamdulilah teman-temanku
siap jika nanti mereka dibutuhkan untuk jadi relawan. Hup,Beginilah kalau sudah
asik dengan dunia maya, sampai lupa waktu. Jam 10 tepat aku mematikan acer ku
dan langsung menuju permadani yang akan membawaku ke alam mimpi.haha nikmaatnya.
***
Drrrrriiiiiiiing,,alarm dari HPku berbunyi menyadarkanku dari alam mimpi. Waktunya sahur, walau berat mata ini
untuk membuka, tapi aku harus menjalankan sunat nabi yang satu ini. Lagian
kalau aku gak sahur takutnya puasanya gak kuat, kan berabe juga tuh.Sahur
dengan lauk seadanya, tak perlu mewah yang penting kita selalu bersyukur dengan
apa yang kita miliki sekarang, rezeki itu sudah ditentukan oleh allah asal kita
mau berusaha rezeki itu akan datang tanpa diminta. Kata-kata itu yang selalu
ibu katakan kepada kami dulu. Oh ya, Aku anak ke dua dari 3 besaudara, ibuku
sudah meninggal ketika aku masih kecil,ayahku bekerja di luar kota. Kakakku
kuliah di universitas negri di Jakarta. Aku dan adiku tinggal bersama kakek dan
nenekku di bandung.Ya walaupun keluargaku pada sibuk, tapi aku tetap sayang
sama mereka, toh itu juga untuk kebaikan kita semua.
Pagiini aku
akan menjalankan misiku,menjadi detective sehari. Aku akan mencari anak yang
kemarin aku lihat, rasa penasaranku gak akan hilang sebelum aku bertemu dengan
anak itu.
“Sofi mau kemana pagi-pagi
begini?”Tanya nenekku
“Iya ka, tumben sepagi ini sudah
bangun,mau kemana sih?” Sahut adiku keheranan
Aduh aku harus jawab apa
nih,kalau bohong ini kan bulan puasa, tapi kalau jujur masa iya aku harus
menceritakan semuanya.
“Oh, ini nek ada yang harus sofi
kerjakan, pokoknya penting nanti sja sofi ceritakan ya, sofi pergi dulu ya nek,
assalamualaikum.” Aku pergi dengan tergesa-gesa.Nenek dan adiku melihat
keprgianku dengan heran, maklum aku ini tergolong anak yang agak malas.hehe.Jadi
melihat aku gesit seperti itu pasti aneh banget.
Aduh aku
harus cari kemana dulu ya,jadi bingung nih.Udah siap tempur seperti ini, eh
rutenya tidak tahu kemana. Aku putuskan untuk mencarinya searah mata angin.
Lets go.. Dengan semangat 45 layaknya pejung, aku mulai bergegas menjalankan
misiku. Aku pergi menyusuri jalan-jalan yang terdapat tong sampah besar di
tempat itu, mungkin saja dia ada disana. Tapi sudah setengah hari aku berjalan
belum juga kutemukan batang hidungnya. Kurilexkan tubuhku tepat dbawah pohon
besar di taman kota.Terlihat mobil dan motor lalu lalang, suara klakson dari
sana sini, ditambah bisingnya knalpot motor yang sengaja dibuat hanya untuk
gaya saja, padahal dampaknya sanagat buruk utnuk kesehatan,selain menyebabkan
polusi udara juga polusi suara.Inilah realita kehidupan kota saat ini,
orang-orang sudah tidak mau lagi berdesak2an di angkutan umum apalagi jalan
kaki, mereka memilih kenyamana sendiri
ketimabnga harus panas2an. Tapi lihat saja dampaknya kemcetan dimana2, hampir
setiap tahun yang memiliki kendaraan pribadi bertambah, jasa angkutan umum pun
semakin berkurang karena limited nya
penumpang.Yang miskin makin miskin yang kaya makin kaya, karena sempitnya
lapangan pekerjaan.Lapangan pekerjaan yang sudah adapun malah bangkar karena
pendapatannya tidak seimabnag, masih banyak orang yang masih mementingkan
dirinya sendiri.
Dihiruk
pikuknya kota bandung, mataku tertuju pada anak kecil di stopan lampu merah
itu. Sepintas dia mirip sama anak yang kemarin aku lihat. Jangan-jangan..
dengan segera aku berlari menyeberangi jalanan yang padat.Aku berusaha
mengikuti dia tapi sialnya orang-orang menghalangi langkahku, rasanya seperti
berjalan diantara lautan manusia. Mengejar anak kecil saja susahnya minta
ampun, tapi aku gak boleh nyerah, aku harus bisa mendapatkan identitas anak itu.
Adzan duhur
berkumandang,alhamdulilah di depan taman kota ada mesjid, jadi aku bisa
melaksanakan salat berjamaah.Suasana ketika bulan ramadhan dan bulan-bulan
biasa amat berbeda, sekarang orang-orang cukup banyak yang pergi kemesjid walau
sekedar untuk beristirahat saja.Selesai salat aku berniat untuk beristirahat
sebentar di pelataran mesjid.Washup. dia.. anak itu...aku berkata terbata-bata,
saking kagetnya aku melihat dia.
“Hei ade yang baju merah!”panggilku
lantang, Sambil berlari menghampirinya
“Kakak panggil saya?”jawab anak
itu
“Iya kakak cari-cari dari tdi, eh
maksud kakak. Kemarin kakak melihat seseorang mirip sekali dengan ade, hati
kakak tersentuh olehnya.”jelasku
“Oh, mungkin kaka salah orangkali.”
“Mungkin saja, tapi tak apa kan
kakak kenal sama ade, Kalau boleh kakak tahu nama ade siapa ya?tinggal dimana?.”
“Oh iya kak gak apa2,Namaku redi ka,kakak
sendiri namanya siapa? aku tinggal di daerah seberang sana.” sambil menunjukan
dengan jari jempolnya. Kelihatan dia anak yang baik dan soleh.
“Oh, nama kakak Nabila bisa
dipanggil bila.”
“Oh iya kakak bila, kalau begitu
redi pergi dulu ya kak, assalamualaikum”
“Waalaikumsalam.”ucapku sediktit
kecewa. Sebenarnya aku ingin tanya-tanya lebih dalam tentangnya tapi gak enak
juga baru juga kenal. Tapi Alhamdulilah, tidak sia2 juga aku berjalan seharian,
dan kali ini aku sudah mendapatkan sedikit informasi, bukan unutk apa2 cih niatnya
hanya ingin membantu sesama saudara muslim saja.
***
Keesokan
harinya, sepert biasa nenek dan adiku menatapku dengan aneh, karena aku berangkat
sepagi itu. Aku hanya memebrikan senyuman manis pada mereka berdua. Yang mereka
bisa lakukan hanya menggeleng-gelengkan kepala.haha. Kebetulan bulan ramadhan
ini aku mendapatkan jatah libur satu minggu jadi aku bisa menjalankan misiku
ini. Terutama hari ini aku akan mendatangi daerah yang Redi bilang kemarin, aku
akan melihat kesehariannya dari mulai pagi sampai malam.
Kudapati
Redi sedang menjemur pakaian di samping rumahnya, keadaan rumahnya sangat mengkhawatirkan
sekali, beratapkan seng,dengan dinding terbuat dari bambu yang dianyam.
Rumahnya tidak jauh dari taman kota hanya berjarak sekitar 10 meter ke arah
barat. Ya allah kasihan sekali dia, terimakasih aku telah dipertemukan
dengannya supaya aku bisa meringkankan beban hidupnya. Disamping rumahnya terdapat
banyak sekali botol aqua bekas, tidak salah lagi sehari-harinya dia memunguti
sampah2 yang bisa meghasilkan uang. Dari dalam rumah tiba2 adiknya keluar
sambil berteriak.
”Kakak,kakak ibu kak...”adiknya
panik
”Ada apa de, ibu kenapa?”
“Ibu batuk2 kak kayak yang sesak
nafas..”
Serentak Redi menjatuhkan pakaian
yang akan dijemurnya, dan langsung masuk ke dalam rumah. Beberapa menit
kemudian Redi keluar dengan muka panik.
Aku memberanikan diri untuk menemui dan menyapanya seolah-olah tidak tahu apa2.
“Hei redi, kenapa kamu kaya yang panik gitu?”tanyaku
seolah bingung
“Eh kakak, iya kak ibu saya sakit
saya butuh bantuan untuk membawanya ke puskesmas terdekat.”jawabnya pelan
“Oh kalau begitu biar kakak bantu
ya,kakak akan urus transfortasinya, kamu tunggu aja didalam, jaga ibumu, nanti
kakak panggilkan orang untuk membawanya ke Rumah sakit.”
“Ya udah kalau begitu kak, terima
kasih banyak.”
Aku langsung menelepon temanku
Rini sama Reno. Kebetulan Reno bisa nyetir jadi aku bisa minta tolong sama dia.
Ku pijit no HP nya.08946525xxxx, telepon tersambung..
“Hallo rin, ini bila..”
“Oh iya bil ada apa kayak yang
panik gitu?”
“Iya nih, kamu ingat kan cerita aku
kemarin malam, sekarang aku sedang berada dirumahnya dia membutuhkan
pertolongan, ibunya sakit jadi aku minta kamu kesini sama Reno buat anterin
ibunya ke rumah sakit.”
“Oh iya, alamatnya dimana bil?”
“Tempatnya dari taman kota ke sebelah
barat, kira2 10 meteran lah, aku nanti tunggu di depan rumahnya.”
“Ok deh kalau begitu. Aku kesana sekarang,
tunngu saja ya!”
“Iya rin makasih, assalamualaikum.”
“waaliakumsalam”
10 menit kemudin Rini dan Reno
sampai di tempat tujuan, aku langsung masuk ke rumahnya.
“Bu, ini kak bila, kakak ini yang
akan menolong kita..”redi memperkenalkan kepada ibunya.
“Iya bu saya bila, ini teman saya
Rini dan Reno.”jelasku, ibunya hanya menganngguk pelan
“Kalau begitu ayo kita bawa ibu
kerumah sakit saja takut nanti sakitnya tambah parah.”timpal Reno khawatir
“Tapi kak, kalau ke rumah
sakitkan...”redi ragu
Tanpa redi menjelaskan aku sudah
mengerti apa yang akan ia katakan, aku langsung memotong bicaranya.
“Masalah biaya red? jangan
dipikirkan kita yang nanggung semuanya ko, kamu tenang aja yang penting ibu mu
cepat sembuh!”
Kami langsung membawa ibunya redi
ke rumah sakit. Tak berapa lama kamipun sampai di RS.
“Suster tolong kami,.!” panggilku
pada salah satu petugas disana, dan mereka langsung mmbawa ibunya redi ke ruang
IGD,
“Maaf kalian tidak boleh masuk
dulu, silahkan tunggu saja diluar, kami akan memeriksanya dulu.”
Aku mengahampiri kedua anak itu,
Redi dan Rudi adalah dua bersaudara.
“Kalian jangan sedih ya, kakak yakin
ibu kalian akan baik2 saja, kita berdoa saja pada tuhan semoga tuhan memberikan
yang terbaik.”
“Iya kak, terimakasih, kakak sangat
baik sekali kepada kami.”
“Kalau boleh kaka tahu, ayah
kalian dimana ya?”
“Maaf ka ayah kami sudah
meninggal setahun yang lalu karena serangat jantung.”
“Oh maaf de, bukan maksud kakak,
kakak gak tahu kalau,,belum selesai bicara redi sudah menyahut
“Tidak apa-apa ka. Kak, Redi gak
tahu lagi harus bagaimana kalau seandainya hal yang gak redi inginkan terjadi.”
“Hus, jangan gitu ah .doakan saja
semoga semuanya baik2 saja”jawabku
Terdengar suara langkah kaki, dokter
sudah keluar dari ruangan IGD.
“Keluarga ibu atin,” panggil
dokter dari depan pintu
“Iya dok, kami kelurganya gimana
keadaannya sekrang?”
“Hm, kami sudah melakukan semampu
kami, tapi hanya yang diatas yang maha menetukan.”jawab dokter itu dengan bijak
“Boleh kami masuk dok?”
“Ya silahkan.”
Dengan raut muka sedih kami masuk
ke ruangan itu, suasan mencekam. Warna putih khas rumah sakit semkain
menyelimuti rasa takutku. Bau obat menyengat dihidungku. Rudi si bungsu
langsung memeluk ibunya yang sedang terbaring kaku diatas kasur putih dengan selang2
yang menempel ditubuhnya.
“Ibu bangun, ini rudi bu,,ibu
bangun,,redi mencium tangan ibunya sambil menangis.”
Ya allah mengapa semua ini
terjadi pada mereka, mereka msih kecil masih butuh kasih sayang orang tua.Tiba2
saja tangan ibunya bergerak dan membuka kelopak matanya dengan pelan. Alhamdulilah,
Ibu Atin sudah sadar dan beliau memberikan
senyum manisnya pada kami.
“Ibu, ibu sudah sembuh, ibu boleh
pulang kan?”tanya rudi meronta
"Nak, ibu sayang sama
kalian, ibu juga gak mau ninggalin kalian. Ibu yakin suatu saat kalian akan
jadi orang yang berguna. Kalian jangan lupa salat 5 waktu dan selalu berbuat
baik kepada sesama ya.”
“Kenapa ibu ngomong begitu?ibu
gak boleh pergi..!” sahut si bungsu
“Ibu gak akan kemana2 ko nak, ibu
hanya ingin beristirahat saja.”
Aku tidak tahan mendengar dan
melihat semua ini, begitu mengharukan. Jadi teringat masa kecilku, apa mungkin
aku juga dulu seperti ini.
“Nak bila..” panggil ibu atin
dengan suara lirih
“Iya bu, ada apa?”jawabku sopan
“Nak bila, jika nanti ibu pergi
ibu mohon sama nak bila. Tolong jaga rudi dan redi ya, kasihan mereka nak,
mereka sudah gak punya siapa2 lgi di dunia
ini.”
“Iya bu , ibu jangan khawatir
bila kan jagain mereka ko, bila akan anggap mereka seperti adik bila sendiri.”
“Iya nak terimakasih banyak, ibu
senang mendengarnya.”Dengan pelan iu atin menyampaikan pesan itu padaku.Entah
ada apa dibalik kata2nya tadi, apa mungkin itu kata2 terahirnya? wallahualam.
Ibu atin kemudian mencium kening kedua anaknya dan tiba2 saja ibu atin kejang2,
kami semua panik.
“Dokter suster tolong..”teriaku
dari dalam ruangan
“iya kenapa?oh tidak, suster cepat
ambil alat bantu!Suruh dokter dengan sigap. Dokter itu kelihatan panik juga.Melihat
kedaan iu entin saat ini kayaknya sudah krtis, akupun menuntun ibu entin untuk
mengucap asma allah.
“Ibu,,istigfar bu,astagfirullahaladzim,
la ilaahalillallah...”tuntunku pelan. Beberapa detik kemudian ibu entin
mengembuskan nafas terakhirnya. Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit, mesin detak
jantung itu berbunyi panjang,,
“Inalillahiwa ina ilaihi roojiuun.serentak
kami ucap lapad itu”
“Ibuuuuuuuuuuuuu, ibu janagn
pergi, ibu rudi sayang sama ibu, rudi gak mau kehilangan ibu, ibu bangun!”Redipun
hanya bisa menangis tersedu menyaksikan ibunya pergi dan adiknya menangis
meronta-ronta.Redi mencoba untuk tegar dan menerima semua ini dengan ikhlas.
“Kakak tahu kalian sedih, tapi
jangan sampai kalian terus meratapinya, yang akhirnya ini yang akan menghambat
ibu kalian di alam sana, ini mungkin yang terbaik untuk ibu kalian. Kalian
berdoa saja semoga amal ibadah nya doterima disisinya. Amin!”tuturku
***
Seminggu
setelah kepergian ibu redi, mereka berada dirumahku, mereka tinggal ersama
kami. Aku akan selalu ingat pesan ibu mereka padaku, akan menjaga
mereka.Tingnong.tingnong..aku berjalan keluar
“Siapa ya?”sambil membukakan
pintu
“Assalamualaikum”
“Eh paman, bibi, waalikumsalam.silahkan
masuk bi duduk , tunggu sebentar ya bila ambilkan minum dulu.”Aku kedapur membawa
minum sambil memanggilkan nenek.
Dua cangkir teh manis dan
sekaleng biskuit ku suguhkan pada paman dan bibi. “Mih gimana kabarnya baik?”tanya
pamanku,mih itu panggilan anak2 nenek.
“Alhamdulilah mih sehat, ngomong2
tumben nih pasti ada maunya?”jawab nenek sambbil bergur
“Ah mih bisa saja, masih suka
bercandain kami, silaturahim masa gak boleh.”
“Iya boleh, gak ada yang
melarang, tapi pasti ada maksud lain kan?.”
“iya mih begini, denger2 ada
penghuni baru disini ya, nah kami bermaksud untuk mengadopsi mereka, mih tahu
sendiri kan kami sudah 5 tahun menikah belum dikaruniai anak,gimana mih?”
“Oh iya memang benar ibunya meninggal
seminggu yang lalu. Mih sih gimana mereka aja.Toh mereka yang akan
menjalaninya. Bila boleh panggilin rudi dan redi gak?”suruh neneku
“Oh iya nek, bila panggilin.”Aku
memaanggil mereka berdua,
“Rudi Redi, kenalin ini paman
robi dan bibi mira.”kenal nenek
“Red,begini paman dan bibi ini
bermaksud untuk menjadikan kalian sebagai anaknya, mereka ini sudah lama belum
dikaruniai anak. Gimana red?”tanya nenek
“Um, redi gak tahu harus
bagaimana nek, jika itu yang terbaik untuk kita, redi dan rudi ikhlas ko.”
“Ya, satu hal yang perlu kalian
ingat, bukan nya kami ngusir kalian, kami senang bisa bertemu kalian. Tapi ada
yang lebih harus bahagia bersama kalain.”timpalku
“Iya nek, kami ngerti ko.”
“Iya red, kakak sebagai orang
yang diamanahi oleh ibu kalian jadi kakak kan sllu memantau kalian.”
“Iya ka maksaih ,kalau gak ada
kaka gak tahu nasib kita bakal gimana. Sekli lgi maksh ka, entah gimn kami
membalas jasa kebaikan kakka.”
“Sama2 red, itu tugas kakak
sebagai seorang muslim.”
“ok kalau begitu gimana kalau
sekrang kita berangkatnya?”ajak paman Robi
“Um boleh pak, kami bers2 dulu
barangnya ya”jawab Redi sambil memohon izin pada nenek
“Oh iya silahkan.”jawab paman
Dengan muka
sedikit kecewa, aku mengantarnya sampai depan rumah,Aku tahu dan ngerti banget
perasaan mereka, v tidak ada pilihann lain, ada yang bisa lebih membahagiakan
mereka. redi dan rudi pergi ke kota garut bersama paman dan bibi ku. Semoga
saja mereka bahagia disana.amin. Dibalik derita yang mereka hadapi tersimpan
kebahagiaan atas izin ilahi rabbi.
Created by
siti anisah