Tanduk dan Kaki Rusa
Karya Shendiane Rimandani
Diceritakan dan di edit ulang kembali oleh Siti Anisah
Disebuah
hutan hiduplah keluarga Rusa yang terdiri dari induk rusa dan ketiga anaknya si
sulung, si tengah dan si bungsu. Mereka selalu bersama-sama kemanapun induknya
pergi. Suatu hari ibu rusa menyuruh Anak-anaknya mencari makanan sebelum
matahari tenggelam.
“Nak,
kalian kan sudah besar, sekarang kalian pergi cari makanan sendiri”. kata ibu Rusa
“Tapi
bu, saya tidak mau saya takut nanti tanduk saya yang cantik ini rusak
tersangkut ranting atau ada yang mau nyuri tanduk saya”. Keluh si bungsu
“Lah
kamu mentang-mentang punya tanduk bagus, gitu aja ko takut tunjukan donk
kehebatan tandukmu itu”,
ujar si sulung. Si sulung merasa kesal pada si bungsu karena terlalu
menyombongkan dirinya. Memang diantara 3 bersaudara itu si bungsulah yang
tanduknya paling cantik.
“Ok
kalau begitu ayo kita pergi”. Jawab si bungsu merasa tertantang dengan
perkataan si sulung
Merekapun
pergi untuk mencari makanan, si bungsu pergi sendiri menyusuri hutan sedang si
sulung pergi bersama si tengah. Tak lama kemudian Si bungsu dengan tanduk yang
sangat cantik itu tiba di sebuah danau yang sangat jernih airnya.
“Hm,...betapa
cantiknya tanduk yang kumiliki ini, tak ada seorangpun yng memilikinya” .ujar si bungsu tersebut memuji
keelokan tanduknya sambil memandang bayangannya di air.
Setelah
puas, iapun melanjutkan perjalanannya. Saat sedang berjalan ia menatap ke arah
kaki kecilnya. Lalu berhenti sejenak. “ tapi kakiku kecil dan tidak
gagah, andaikan kakiku besar dan gagah pasti aku akan terlihat sempurna.”keluhnya.
Setalah
lama berjalan ,Langkahnya kembali terhenti karena ia mendengar sesuatu. “seperti
suara raja hutan”.ucapnya dalam hati. Tiba-tiba dari balik semak-semak
datanglah seekor singa yang terlihat sedang lapar. Ia hendak menerkam sibungsu
tersebut. Si bungsu kaget, ia segera berlari sekuat tenaga dengan kaki kecilnya
menghindari kejaran singa tersebut. Rusa tersebut berlari hingga akhirnya
singa tersebut sudah tak terkejar lagi. Ia berjalan sambil terus menengok ke
belakang memastikan singa tersebut sudah tidak mengejarnya lagi. Namun
perkiraannya salah, ternyata singa terssebut masih mengejarnya dan hendak menerkamnya,
sementara itu ia tidak bisa pergi kemana-mana karena tanduknya telah tersangkut
di ranting pohon.
Graaaawr..mau
kemana kau rusa, sekarang kau akan jadi milikku” ujar singa buas dengan
wajah sangat kelaparan menatap ke arah si bungsu terebut. Saat itulah si bungsu
sadar bahwa tanduknya tersebut hanya menyusahkan dirinya, namun kaki kecilnya
yang selama ini tidak ia syukuri justru telah menyelamatkannya dari kejaran
singa yang buas. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah pasrah dan hanya bisa
menyesali perbuatannya. Si bungsu berharap saat itu Saudaranya datang
menyelamatkannya dan jika itu terjadi ia janji tidak akan sombong lagi.
Sesalnya
Tak
lama kemudian si sulung dan si tegah datang, melihat apa yang sedang terjadi
dihadapannya si sulung kaget dan panik. Si sulung mencari ide bagaimana supaya
singa itu pergi dan tidak jadi memakan adiknya itu. Akhirnya demi menyelamatkan
adiknya itu si sulung memberanikan diri menyerang singa itu dengan tanduk yang
dimilikinya walaupun tanduknya itu tidak seindah si bungsu. Dengan segera si
sulung berlari menuju singa buas itu dan menyeruduk singa itu hingga terjungkal
dan akhirnya singa itupun pergi. Si tengah langsung menyelamatkan si bungsu
yang tanduknya tersangkut.
“Terimakasih
saudaraku, sekarang aku sadar tidak ada yang sempurna di dunia ini dan tidak
ada yang pantas disombongkan. Maafkan aku”. Ucap si sulung merasa menyesal dengan
perbuatannya.
“Syukurlah
kalau kamu sudah sadar semoga ini menjadi pelajaran bagi kita.” Ucap si sulung
Dari
balik semak datang lah ibu Rusa.
“Jadi
kenalilah kekuatan dan kelemahan kita baik-baik syukurilah apa yang kita
miliki”. Ujar
Ibu rusa menasihati anak-anaknya.
Akhirnya
setelah kejadian itu mereka kembali kerumah dan bersama-sama lagi dengan rukun
tanpa ada rasa sombong diantara mereka.
0 komentar:
Posting Komentar